
Petani Kakao di Lembah Bomban Resah: Harga Jual Turun, Pendapatan Terancam
Lembah Bomban – Para petani kakao di Desa Lembah Bomban mulai mengeluhkan turunnya harga jual biji kakao yang belakangan ini semakin meresahkan. Saat ini, harga jual biji kakao kering dengan kadar 60% atau hasil dari satu hari penjemuran hanya dihargai sekitar Rp50.000 per kilogram. Penurunan harga ini membuat pendapatan petani semakin menurun dan tidak sebanding dengan biaya produksi serta tenaga yang dikeluarkan.
Kakao atau cokelat merupakan salah satu komoditas unggulan di Desa Lembah Bomban. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup dari hasil kebun kakao yang telah mereka rawat selama bertahun-tahun. Namun, dengan kondisi harga saat ini, para petani mulai mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk biaya perawatan kebun yang semakin mahal.
Salah satu petani, Pak Ridwan, menyampaikan keluhannya. "Kalau harga cuma Rp50.000 per kilogram, itu sangat tidak cukup. Kami harus beli pupuk, obat hama, dan bayar tenaga kerja. Belum lagi kalau musim hujan, proses penjemuran jadi terhambat," ujarnya.
Petani berharap adanya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat untuk menstabilkan harga atau memberikan solusi jangka panjang. Mereka juga berharap ada kebijakan atau bantuan yang bisa memperbaiki rantai distribusi, agar petani tidak selalu bergantung pada tengkulak yang kerap memainkan harga.
Selain itu, edukasi tentang pengolahan kakao pasca-panen juga dianggap penting agar kualitas biji kakao yang dihasilkan bisa meningkat, sehingga layak dijual dengan harga lebih tinggi di pasar lokal maupun ekspor.
Dengan dukungan dan perhatian yang tepat, para petani kakao di Desa Lembah Bomban optimis bahwa masa depan mereka masih bisa diperbaiki. Mereka hanya berharap satu hal: harga yang lebih adil, agar hasil jerih payah mereka dapat membawa kesejahteraan bagi keluarga dan komunitas desa.
